Sutradara | Ari Sihasale |
---|---|
Produser | Ari Sihasale |
Penulis | Jeremias Nyangoen |
Pemeran | Ririn Ekawati Titi Sjuman Putu Wijaya Asrul Dahlan Lukman Sardi Surya Saputra Monica Sayangbati Yudi Miftahudin Leroy Osmani Dorman Borisman Aji Santosa Fachri Azhari Fanny Fadillah Gerry Puraatmadja |
Musik oleh | Aksan Sjuman |
Distributor | Alenia Pictures |
Tanggal rilis | 16 Juni 2011 |
Durasi | 105 menit |
Negara | Indonesia |
Tahun lalu,
murid-murid di hampir seluruh Indonesia banyak yang tidak lulus ujian nasional.
Berbekal pengalaman itu, guru-guru SD & SMP 08 semakin memperketat sistem
belajar dan mengajar. Namun penegakkan kedisiplinan yang kaku, menimbulkan
dampak bagi murid-murid yang masih dalam usia pertumbuhan. Paling tidak bagi
Amek, Acan dan Umbe.
Amek adalah
salah satu murid dari sekian banyak murid SDN 08 yang tidak lulus ujian tahun
lalu. Sebetulnya Amek adalah anak yang baik, namun sifatnya yang introvert,
keras hati dan cenderung jahil, membuat ia sering dihukum oleh guru-gurunya
disekolah. Sebaliknya Minun kakaknya, ia duduk dibangku SMP dan selalu juara
kelas. Ia juga sering menjuarai lomba matematika sekabupaten. Sederet piala dan
sertifikat berjejer diruang tamu mereka. Minun adalah ikon sekolah, kebanggaan
keluarga dan masyarakat.
Minun dan Amek
tinggal bersama ibunya, Siti, di desa Mantar. Suatu desa yang terletak dipuncak
bukit, jauh dari perkotaan. Suami Siti, Zakaria, sudah tiga tahun bekerja di
Malaysia tapi tidak pernah pulang, apalagi mengirimkan mereka uang. Diluar desa
indah yang tertata rapi itu, ada sebuah pohon yang tidak begitu tinggi namun
letaknya persis dibibir tebing, menghadap kelaut lepas. Orang kampung sekitar
menyebutnya pohon cita-cita. Pohon itu memang unik. Hampir disetiap dahan
diikat dengan tali yang menjulur kebawah karena ujungnya diberi pemberat.
Secarik kertas bertuliskan nama seseorang berikut cita-citanya, dan dimasukan
ke dalam botol berwarna - warni hingga pohon cita-cita itu terlihat begitu
indah.
Minun sangat
menyayangi Amek, bukan saja karena adiknya itu tidak lulus ujian tahun lalu,
lebih dari itu, Amek memiliki kekurangan lahir, bibirnya sumbing dan sering
menjadi bahan lelucon teman-temannya. Namun di balik kekurangannya yang di
miliki, Tuhan memberikan Amek banyak kelebihan, salah satunya ia mahir berkuda.
Sering orang bertanya, apa cita-cita Amek kelak? Amek tidak pernah menjawabnya,
bahkan jika gurunya yang bertanya sekalipun. Amek takut kalau orang-orang akan
mentertawakannya. Ia sadar betul, kekurangan yang ia miliki telah menjauhkan
dirinya dari cita-citanya.[1]
sumber : http://id.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar